Contoh makalah ekonomi makro di indonesia
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas Mata Kuliah Pengantar
Ekonomi Makro. Adapun judul yang dibahas dalam makalah berikut ini yaitu
mengenai Kebijakan Makro Ekonomi di Indonesia.
Penulis juga tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen dan pihak yang
telah membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Makalah ini
juga diharapkan dapat menambah pengetahuan kita tentang perkembangan
kebijakan-kebijakan ekonomi makro di negara kita dan masalah ekonomi
yang sering terjadi. Untuk kesempurnaan dari makalah ini, maka penulis
mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca agar dalam menyusun
makalah berikutnya dapat lebih baik lagi. Akhirnya dengan tersusunnya
makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan kita semua, terima kasih.
Pekanbaru, Mei 2011
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LatarBelakang................................................................................ 1
1.2. Permasalahan................................................................................. 1
1.3. Tujuan Penulisan............................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Kondisi Makro Ekonomi Indonesia............................................... 3
2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Makro Ekonomi.................... 4
2.3. Kebijakan & Masalah Makro Ekonomi Di Indonesia.................... 5
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan.................................................................................... 8
3.2. Saran.............................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. 8
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Ekonomi
makro atau makroekonomi adalah studi tentang ekonomi secara
keseluruhan. Makro ekonomi menjelaskan perubahan ekonomi yang
mempengaruhi banyak rumah tangga (household), perusahaan, dan pasar.
Ekonomi makro dapat digunakan untuk menganalisis cara terbaik untuk
mempengaruhi target-target kebijaksanaan seperti pertumbuhan ekonomi,
stabilitas harga, tenaga kerja dan pencapaian keseimbangan neraca yang
berkesinambungan.
Ilmu
ekonomi makro mempelajari variabel-variabel ekonomi secara agregat
(keseluruhan). Variabel-variabel tersebut antara lain : pendapatan
nasional, kesempatan kerja dan atau pengangguran, jumlah uang beredar,
laju inflasi, pertumbuhan ekonomi, maupun neraca pembayaran
internasional. Sementara ilmu ekonomi mikro mempelajari
variabel-variabel ekonomi dalam lingkup kecil misalnya perusahaan, rumah
tangga.
Masalah-masalah
makro ekonomi terjadi di setiap negara, baik Negara maju dan juga
negara berkembang. Oleh karena itu, Pemerintah menciptakan kebijakan-kebijakan
makro ekonomi agar pembangunan nasional dapat berjalan dengan baik.
Makalah ini akan membahas mengenai kebijakan-kebijakan makro ekomoni
yang ada di Indonesia dan masalah ekonomi yang terjadi.
1.2.Permasalahan
Indonesia
adalah Negara berkembang yang masih memiliki masalah khususnya masalah
ekonomi, baik ekonomi mikro ataupun ekonomi makro. Dalam makalah ini
akan membahasan mengenai kondisi makro ekonomi dan bagaimana
kebijakan-kebijan ekonomi makro di Indonesia, apakah sudah berjalan
dengan baik?.
1.3.Tujuan Penulisan
Penulisan
makalah ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan kondisi makro
ekonomi di Indonesia, membahas mengenai kebijakan makro ekonomi yang ada
masalah makro ekonomi yang sedang terjadi di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Kondisi Ekonomi Makro Indonesia
Fundamental
ekonomi makro Indonesia saat ini jauh lebih kuat untuk menghadapi
ancaman krisis ekonomi dibandingkan dengan kondisi ekonomi pada 1997. Jika dilihat dari sisi arus investasi portofolio, keadaan Indonesia saat ini memang sama seperti yang terjadi pada 1997. Indeks
Harga saham Gabungan (IHSG) yang mencapai indeks 2000 merupakan angka
tertinggi dalam sejarah Indonesia. Meski demikian, konstelasi
perekonomian sekarang jauh lebih bagus dari 2007. Hal itu ditandai
dengan kuatnya cadangan devisa saat ini yang mencapai 49 miliar dolar
AS, sedangkan pada 1997 cadangan devisa diserbu para spekulan. Indikasi kuatnya perekonomian tersebut adalah nilai ekspor yang menguat, selain itu ditandai juga dengan penguatan nilai rupiah.
Namun,
tidak ada buruknya jika dilakukan langkah pencegahan terhadap munculnya
krisis ekonomi Asia, sehingga negara-negara di ASEAN lebih siap
menghadapinya. Langkah tersebut dapat dilakukan dengan kerjasama ekonomi secara internasional untuk menggalang kekuatan ekonomi bersama. Kuatnya
perekonomian juga ditandai dengan nilai investasi yang positif di mana
modal yang masuk lebih besar dari pada modal yang ke luar. Kondisi
tersebut berbeda jauh dibanding pada 2007 di mana investasi yang datang
banyak yang hengkang. Karena itu,
modal yang masuk saat ini harus dipertahankan agar tidak ke luar
sehingga dapat memperkuat perekonomian disamping cadangan devisa yang
besar harus dipertahankan.
Namun
permasalahan yang dihadapi saat ini adalah belum bergeraknya sektor
riil. Uang yang diperoleh dari penanaman modal, yang sebenarnya
merupakan dana jangka pendek, banyak digunakan untuk investasi jangka
panjang seperti investasi properti.
2.2.Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Ekonomi Makro di Indonesia

Krisis
keuangan dunia yang sedang dihadapi saat ini salah satu penyebabnya
bermula dari adanya krisis akibat default dari subprime mortgages di
Amerika Serikat yang telah merugikan berbagai lembaga keuangan dunia.
Akibat krisis itu Bank Sentral (Fed) Amerika terpaksa menurunkan suku
bunga sampai 3% dan menyuntikan dana segar dalam jumlah besar untuk memulihkan kepercayaan investor setelah pasar modal di Amerika Serikat anjlok.

Kemelut
ekonomi dunia saat ini selain dipicu oleh krisis keuangan di Amreika
Serikat juga dipicu oleh kenaikan harga minyak yang mendorong kenaikan
harga berbagai komoditi baik yang berhubungan langsung dengan minyak
bumi maupun komoditi yang tidak berhubungan langsung tetapi terkena
dampak kenaikan harga minyak. Walaupun harga BBM bersubsidi belum naik,
namun kenaikan harga minyak dunia sudah dirasakan dampaknya. Harga BBM
untuk industri yang mengikuti harga pasar terus naik, sehingga mendorong
naiknya biaya produksi. Akibatnya harga berbagai barang sudah mulai
merangkak naik.

Dampak
kenaikan harga berbagai komoditi primer di dunia saat ini memiliki dua
sisi yang berbeda. Sebagai produsen berbagai komoditi primer baik barang
tambang seperti Nikel, batubara, emas, timah, minyak dan gas, maupun
komoditi agribisnis seperti Kelapa sawit, karet, dll, kenaikan harga
komoditi menyebabkan nilai ekspor Indonesia meningkat. Namun kenaikan
harga komoditi juga berdampak kepada kenaikan harga barang-barang
dipasar dalam negeri, seperti naiknya harga minyak goreng, kacang
kedelai, batubara, dll yang menyebabkan meningkatnya biaya yang harus
ditanggung masyarakat. Akibatnya daya beli masyarakat menurun karena
meningkatnya inflasi.

Seakan
reaksi berantai, kenaikan harga minyak mendorong naiknya biaya produksi
dan produk substitusinya. Akibatnya harga bahan makanan juga naik. Hal
ini didorong oleh kekhawatiran didunia bahan persediaan bahan makanan
pokok seperti beras tidak mencukupi kebutuhan sehingga harganya naik.

Dengan
melambatnya ekonomi dunia, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia juga akan
terkena dampaknya. Hal ini disebabkan Indonesia masih bergantung kepada
ekspor kenegara maju seperti Amerika Serikat yang sedang menuju resesi
sehingga permintaan terhadap produk impor menurun.
2.3.Kebijakan dan Masalah Makro Ekonomi di Indonesia
Kondisi
ekonomi makro Indonesia saat ini adalah baik. Namun dibalik kondisi itu
tersimpan masalah yang kiranya perlu dipersoalkan. Masalah ini
menyangkut pada kebijakan yang dijalankan oleh Kementerian Keuangan dan
Bank Indonesia, selaku bank sentral. Kedua institusi ini telah gagal
atau memang sengaja untuk tidak menjaga keseimbangan perdagangan luar
negeri (ekspor dan impor) dengan maksud untuk mengejar target inflasi
yang rendah. Atau dengan kata lain, berupaya agar nilai tukar rupiah
menguat untuk menekan tingkat inflasi. Kebijakan ini berdampak pada
tingkat pengangguran menjadi tinggi dan tidak bangkitnya sektor riil.
Pengangguran yang tinggi dan tersendatnya sektor riil inilah yang
merupakan masalah dari kebijakan yang dikeluarkan oleh Kementerian
Keuangan dan Bank Indonesia.
Kebijakan
ekonomi makro seharusnya dapat menjaga keseimbangan pada perdagangan
luar negeri. Kebijakan ekonomi makro seharusnya dapat menjaga
kepentingan kegiatan ekspor dan impor. Dalam kebijakan yang berjalan,
hal ini tidak dilakukan sehingga terjadi kepincangan antara kegiatan
ekspor dan impor. Kegiatan impor berjalan mulus dengan kuatnya nilai
tukar rupiah. Namun kegiatan ekspor terganggu karena daya saingnya di
pasar ekspor menjadi menurun dan dorongan untuk memperkuat ekspor juga
menjadi menurun, dampak dari menguatnya nilai tukar rupiah tersebut.
Harga barang ekspor Indonesia saat ini relatif mahal sementara harga
barang impor menjadi murah karena nilai tukar rupiah yang semakin kuat.
Inilah kepincangan yang dimaksud. Kekuatan dari keduanya (ekspor dan
impor) menjadi tidak seimbang dan ini tidak menyehatkan perekonomian
Indonesia dalam jangka panjang.
Kepincangan
ini akan mempengaruhi (mengurangi) penerimaan cadangan devisa dan ini
sangat berbahaya. Hal ini juga memungkinkan bertambahnya tenaga kerja
yang menganggur jika nilai tukar rupiah semakin menguat, sejalan dengan
semakin turunnya kegiatan ekspor. Bank Indonesia selalu mengumumkan
bahwa jumlah cadangan devisa Indonesia terus bertambah sehingga mereka
sangat optimis dengan kekuatan ekonomi makro yang sebenarnya rapuh.
Mereka tidak menyatakan bahwa naiknya jumlah cadangan devisa bukan dari
ekspor tapi sebagian besar dari masuknya modal luar negeri (capital
inflow) yang sifatnya sementara, disaat imbal hasil yang diberikan
perekonomian Indonesia relatif tinggi.
Tapi
bagaimana jika keadaan ekonomi global membaik. Tentu capital inflow
akan berubah menjadi capital outflow dan cadangan devisa akan turun dan
nilai tukar rupiah akan terkoreksi sangat dalam. Jadi apa yang dikatakan
bahwa cadangan devisa Indonesia cukup kuat sifatnya adalah sementara
(kondisional), yang di dasarkan pada kondisi ekonomi global bukan atas
dasar kekuatan inti ekonomi Indonesia. Kekuatan inti ekonomi Indonesia
saat ini adalah kegiatan agraria dan ekspor (pertanian dan industri),
bukan pada sektor keuangan seperti yang dibanggakan oleh Kementerian
Keuangan dan Bank Indonesia.
Dengan
demikian terjawablah sudah mengapa perekonomian makro yang semakin kuat
tidak menyentuh dan mendorong sektor ekonomi riil. Dengan demikian
terjawablah sudah mengapa ditengah ekonomi makro yang kuat, yang
dinyatakan pemerintah, justru tingkat pengangguran semakin tinggi.
Sehingga sebagian orang mengatakan bahwa ekonomi Indonesia saat ini
adalah ekonomi baying-bayang, cukup indah tapi tidak mempunyai kekuatan
apapun bagi mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Kebijakan
Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia ini didasarkan pada keinginan
mereka untuk memfokuskan peran mereka pada tingkat inflasi yang rendah
dan ingin mendapatkan suku bunga yang rendah. Memang benar bahwa nilai
tukar rupiah dan suku bunga merupakan faktor pendorong naiknya inflasi
dan oleh sebab itu perlu dikawal.
Kementerian
Keuangan dan Bank Indonesia menjadikan pencapaian tingkat inflasi yang
rendah sebagai suatu prestasi. Mereka tidak melihat pada sektor yang
lainnya seperti semakin tingginya jumlah tenaga kerja yang menganggur
dan sebagainya. Itu berarti mereka lebih senang bermain di sektor
keuangan dari pada di sektor riil. Mereka lebih senang bermain dalam
hitungan angka angka yang tidak membumi pada perekonomian Indonesia
daripada bagaimana mendorong perekonomian riil, meningkatkan produksi
dan meningkatkan kesempatan kerja.
Berdasarkan
pengamatan, Bank Indonesia sendiri selalu terlambat melakukan
intervensi dikala nilai tukar rupiah menguat. Tidak demikian yang
dilakukan oleh Bank of Japan, bank sentral Jepang. Mereka sangat
sensitif dengan menguatnya mata uang Yen karena akan mengganggu kinerja
ekspor mereka. Kekuatan ekonomi Jepang ada pada ekspor barang barang
industri. Jepang sangat kuat menjaga kestabilan nilai tukar mata uang
Yen. Berbeda dengan Jepang, justru Bank Indonesia segera melakukan
intervensi dikala nilai tukar rupiah melemah. Bank Indonesia sangat
berkepentingan dengan penguatan nilai tukar rupiah dalam upaya mengejar
target inflasi. Kebijakan Bank Indonesia tidak memihak pada pengembangan
sektor riil, khususnya kegiatan ekspor.
Kita
juga melihat bagaimana kebijakan Kementerian Perdagangan tidak
diperhatikan dikala Kementerian Keuangan menetapkan sebuah kebijakan.
Kebijakan ekonomi makro yang dijalankan oleh Kementerian Keuangan dan
Bank Indonesia betul-betul hanya bermain disektor keuangan dengan
mengabaikan sektor riil. Dalam jangka panjang ini sangat berisiko.
Diharapkan agar kebijakan ini dapat ditinjau kembali sebelum terjadi hal
yang tidak diinginkan. Kebijakan ekonomi makro adalah suatu kebijakan
yang bersifat menyeluruh (komprehensif). Seharusnya, itulah yang perlu
dilakukan oleh Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia. Ciptakanlah
suatu kebijakan ekonomi makro yang bisa menaungi kepentingan sektor
keuangan dan sektor riil secara bersama sama agar perekonomian Indonesia
bisa bangkit.
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Makro ekonomi menjelaskan perubahan ekonomi yang mempengaruhi banyak rumah tangga (household), perusahaan, dan pasar. Ekonomi
makro Indonesia saat ini jauh lebih kuat untuk menghadapi ancaman
krisis ekonomi dibandingkan dengan kondisi ekonomi pada 1997.
Kebijakan
makro ekonomi ditujukan untuk memperbaiki dan menjaga kestabilan
perekonomian Negara. Namun, kebijakan yang diambil pemerintah tidak
hanya sekadar mengejar target inflasi yang rendah guna memperbaiki
kondisi keuangan negara. Seharusnya tidak demikian karena kebijakan
ekonomi makro menyangkut pada banyak hal seperti bagaimana mendorong
sektor riil, bagaimana memperbesar kesempatan kerja, bagaimana menjaga
kestabilan nilai tukar rupiah (bukan penguatan nilai tukar) dan
bagaimana menjaga keseimbangan perdagangan luar negeri (ekspor dan
impor). Makro ekonomi mencakup pada kegiatan yang luas dan tidak hanya
dengan memperhatikan satu elemen saja.
3.2.Saran
Dalam
pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pemerintah dan pihak-pihak
yang terkait seharusnya menganalisis terlebih dahulu dampak jangka
panjang yang akan terjadi di masyarakat. Kebijakan-kebijakan makro
ekonomi yang baik seharusnya memperkuat perekonomian Negara secara
keseluruhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar